Deli Serdang, Sumut. OPSINEWS.COM - Delapan dekade setelah Indonesia meraih kemerdekaan, fakta memilukan kembali mencuat ke publik. Sebuah video viral di TikTok memperlihatkan kondisi rumah seorang guru honorer di Dusun 3, Desa Bandar Labuhan, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, yang hampir roboh dan tak layak huni, Sabtu (6/9/2025).
Rumah berukuran 3x5 meter itu milik pasangan suami isteri Amad Rojali dan Ibu Mariasih, Mariasih seorang guru honorer yang telah mengabdi selama puluhan tahun di sebuah sekolah swasta di tanjung morawa. Suaminya sehari-hari bekerja sebagai penarik becak motor dengan penghasilan pas-pasan, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari.
Ironisnya, meski puluhan tahun mengabdi di dunia pendidikan, Ibu Mariasih tidak pernah menerima bantuan dari pemerintah, baik program PKH, BLT, BPNT, maupun bantuan sosial lainnya.
“Sudah hampir 10 tahun kami tinggal di sini, tapi belum pernah sekalipun ada bantuan dari pemerintah desa maupun kabupaten. Untuk BLT, PKH, semua tidak pernah dapat,” ujar Mariasih lirih saat diwawancarai warga yang merekam video tersebut.
Dalam video yang kini viral, tampak rumah Ibu Mariasih hanya berdinding terpal dan spanduk bekas, dengan atap bocor dan lantai tanah yang becek ketika hujan. Bahkan, tempat tidur dan lemari pun nyaris roboh, memperlihatkan betapa memprihatinkan kondisi hidup keluarga ini.
DPR dan Pemerintah Hidup Mewah, Rakyat Dibiarkan Menderita
Keadaan ini memicu kemarahan publik. Bagaimana mungkin seorang guru yang telah puluhan tahun mengabdi, justru hidup di rumah yang tak layak, sementara DPRD dan DPR RI menikmati fasilitas mewah dari pajak rakyat?
“Bapak Bupati, Bapak DPR, lihat ini! Masih ada rumah warga di Deli Serdang yang seperti ini. Kemana pemerintah desa, kemana pemerintah kabupaten? Ini memalukan!” kata seorang warga dalam video yang viral tersebut.
Di tengah gempuran janji manis kampanye, kondisi seperti ini justru memperlihatkan betapa timpangnya realitas di lapangan. DPRD dan DPR RI yang digaji ratusan juta rupiah setiap bulan seolah tutup mata terhadap penderitaan rakyat yang mereka wakili.
Program-program pemerintah yang digembar-gemborkan untuk kesejahteraan rakyat ternyata tidak tepat sasaran. Padahal anggaran negara terus mengalir dalam jumlah fantastis, namun rakyat seperti Ibu Mariasih tak pernah merasakan manfaatnya.
Kritik Pedas: 80 Tahun Merdeka, Masih Ada Rumah Nyaris Roboh
Delapan puluh tahun Indonesia merdeka seharusnya menjadi bukti kemajuan bangsa. Namun kenyataannya, masih ada rakyat yang hidup di bawah atap bocor dengan dinding spanduk bekas.
Kondisi ini bukan sekadar cerita pilu, melainkan tamparan keras bagi pemerintah daerah, DPRD, DPR RI, dan juga pemerintah pusat yang selama ini sibuk dengan retorika politik tanpa aksi nyata.
“DPRD dan DPR RI itu apa kurangnya? Gaji besar, fasilitas mewah, sementara rakyat yang mereka wakili dibiarkan tinggal di rumah yang nyaris ambruk. Ini bukan sekadar kelalaian, tapi pengkhianatan terhadap amanah rakyat,” tegas seorang aktivis pemerhati sosial.
Harapan untuk Perubahan
Kasus Ibu Mariasih harus menjadi momentum evaluasi menyeluruh terhadap program bantuan pemerintah dan pengawasan DPRD/DPR RI. Jika mereka benar-benar wakil rakyat, turunlah ke lapangan, lihat langsung kondisi masyarakat, jangan hanya hadir saat kampanye atau sidang paripurna.
Rakyat sudah muak dengan janji-janji palsu. Mereka tidak butuh kata-kata indah, tapi aksi nyata yang dapat mengangkat harkat hidup masyarakat kecil seperti Ibu Mariasih.
“Negara ini dibangun dari keringat rakyat. Jika DPR dan pemerintah terus abai, maka rakyat akan kehilangan kepercayaan dan legitimasi mereka akan runtuh,” pungkas aktivis tersebut. (Mendrova)
Komentar Anda :