JAKARTA, OPSINEWS.COM - Pemerintah Presiden Rusia Vladimir Putin kembali memberi "bom" baru ke Eropa. Kali ini, pipa yang menyalurkan pasokan gas ke beau itu melalui Jerman, Nord Stream 1, akan dimatikan lagi.
Hal itu akan berlangsung dari 31 Agustus hingga 2 September. BUMN gas Rusia, Gazprom mengatakan ada masalah teknis dengan satu-satunya kompresor pipa yang tersisa membutuhkan perbaikan lagi.
Perusahaan juga mengatakan transmisi gas akan dilanjutkan dengan kecepatan 33 juta meter kubik per hari ketika pekerjaan pemeliharaan selesai. Namun, ini belum pasti dan masih harus menunggu hasil perbaikan.
"Asalkan tidak ada kerusakan yang diidentifikasi," tegas perusahaan dalam pernyataan akhir pekan, dikutip CNBC International, Selasa (23/8/2022).
Pengumuman ini diyakini akan membawa nelangsa bagi Eropa. Pasalnya, pernyataan datang ketika pemerintah Eropa berebut untuk mengisi fasilitas penyimpanan bawah tanahnya dengan pasokan gas alam agar energi industri dan warganya bisa tercukupi selama musim dingin.
Rusia memang telah secara drastis mengurangi pasokan gas alam ke Eropa dalam beberapa pekan terakhir. Aliran melalui pipa Nord Stream 1 yang saat ini beroperasi hanya 20% dari volume yang disepakati.
dingin.
Rusia memang telah secara drastis mengurangi pasokan gas alam ke Eropa dalam beberapa pekan terakhir. Aliran melalui pipa Nord Stream 1 yang saat ini beroperasi hanya 20% dari volume yang disepakati.
Baca: Ramai Perempuan Inggris Jadi Pekerja Seks Komersial, Ada Apa?
Moskow sendiri terus menyalahkan peralatan yang rusak dan tertunda atas penurunan tajam pasokan gas. Namun sejumlah negara seperti Jerman, sudah dengan lantang menyebut, hal ini sebagai manuver politik.
Sementara itu, Kepala Ekonom Berenberg Bank Holger Schmieding, mengatakan pengumuman terbaru Gazprom adalah upaya nyata untuk mengeksploitasi ketergantungan Eropa pada gas Rusia. Harga gas di pusat perdagangan Eropa, Belanda misalnya, melonjak 19% Senin mencapai 291,5 euro (US$ 291,9) per megawatt jam.
"Dengan sendirinya, penutupan singkat pipa tidak akan membuat perbedaan besar, terutama karena Rusia (memang) telah mengurangi ekspor gasnya melalui Nord Stream 1 menjadi 20% dari kapasitas sejak 27 Juli," kata Schmieding dalam sebuah catatan penelitian.
"Tapi itu menyoroti dua risiko besar. (i) Rusia dapat secara salah mengklaim bahwa mereka tidak dapat membuka kembali pipa setelah itu karena 'masalah teknis' yang hanya dapat diselesaikan jika sanksi Barat dicabut, dan (ii) Rusia juga dapat menutup menurunkan pipa lainnya ke Eropa nanti, " tambahnya.
Schmieding mengatakan harga yang lebih tinggi untuk pasokan gas yang bahkan lebih langka akan "memperburuk resesi Eropa". Ia memperingatkan pemotongan lebih lanjut pasti membawa dampak ke Jerman, yang sepertinya dijamin akan menghadapi kekurangan gas untuk musim dingin.
Komentar Anda :