Home Nasional Daerah Politik Ekonomi Hukrim Olahraga LifeStyle Peristiwa Pendidikan Internasional Indeks
 
Dunia di Ambang Bencana Kelaparan, Jutaan Nyawa Terancam Melayang
Jumat, 05-08-2022 - 09:58:06 WIB
Ilustrasi
TERKAIT:
   
 

OSPINEWS.COM - "Kita sedang dalam masa krisis." Begitulah kata-kata yang dilontarkan Barron Segar dari Program Pangan Dunia (WFP) Amerika Serikat (AS) ketika ditanya soal kelaparan dunia.

Segar mengatakan ada keterdesakan dan harus bertindak segera. Jika tidak, dunia akan jatuh ke dalam bencana kelaparan.

"Dan kita benar-benar akan melihat jutaan nyawa melayang," ujarnya, dikutip dari CNN, Kamis (4/8).

Banyak negara berjuang menghadapi kelangkaan pangan dan kelaparan sebelumnya, tapi saat ini perang di Ukraina memperparah kondisi tersebut. Di 2022, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan 345 juta orang di seluruh dunia menghadapi kelangkaan pangan akut. Angka itu hampir sama dengan populasi AS.

Menurut Kepala Program dari Women for Women International, Marie Clarke, angka tersebut naik 25 persen dari Januari 2022, sebelum perang Ukraina dimulai.

"Krisis harga pangan besar dan krisis pangan besar terakhir di dunia antara 2008 dan 2010. Dan saat itu, ditetapkan target nol kelaparan pada 2030. Kita banyak kemajuan," ujarnya.

"Apa yang kita lihat saat ini, ini pergeseran masif ke arah lain."

Segar memaparkan sebagian wilayah dunia saat ini berada di ujung jurang bencana kelaparan dalam apa yang ia sebut "4 C's of Crisis (Krisis 4C)" yaitu Conflict (Konflik), Climate (Iklim), Cost (Harga), dan Covid.

Tidak hanya konflik di Ukraina yang menyebabkan krisis kelaparan saat ini. Di Afghanistan, ekonomi di ujung kehancuran. Pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban mendorong AS dan negara lainnya membekukan devisa negara tersebut sebesar USD 7 miliar.

Warga Afghanistan saat ini bergantung pada bantuan organisasi kemanusiaan. WFP memperkirakan, lebih dari 36 juta warga Afghanistan kekurangan makanan. Itu sekitar 90 persen dari populasi.

Dampak perang Ukraina mendunia. Harga gandum, di mana Ukraina dan Rusia merupakan pemasok utama gandum ke berbagai negara, naik hampir 50 persen di Sudan Selatan, 3.000 mil dari lokasi perang. Harga tepung maizena yang menjadi makanan pokok di Sudan Selatan, naik tiga kali lipat.

"Pasar berubah sangat cepat," kata Marianne Kajokaya dari Women for Women Internationa di Sudan Selatan.

Meroketnya harga bahan pokok ini memaksa banyak orang hanya makan satu kali dalam sehari. Tidak hanya harga bahan makanan, harga bahan bakar juga naik empat kali lipat. Bagi sejumlah keluarga, semakin sulitnya perekonomian berarti mereka tidak bisa lagi membiayai sekolah anak-anak mereka.

Kajokaya mengatakan, biaya pengobatan malaria bisa mencapai USD 10 atau hampir Rp 150.000. Tapi bagi warga yang penghasilannya kurang dari USD 1 atau Rp 14.000 sehari, itu sangat sulit.

"Kami lihat banyak nyawa yang seharusnya bisa diselamatkan, tapi melayang begitu saya hanya karena orang-orang tidak bisa membeli obat," sesalnya.

Perubahan iklim juga faktor utama yang mendorong negara-negara yang berada di Tanduk Afrika terancam bencana kelaparan. Somalia mengalami kekeringan panjang karena hujan tidak pernah turun selama empat musim hujan berturut-turut.

"80 persen wilayah negara ini dalam kekeringan ekstrem maupun parah," jelas Perwakilan UNICEF Somalia, Wafaa Saeed.

UNICEF memperkirakan, ada 1,5 juta anak-anak Somalia mengalami gizi buruk dan 7 juta orang mengalami kerentanan pangan akut.

"Orang-orang tidak punya apapun untuk dimakan. Ternak mereka mati. Mereka kehilangan pekerjaan. Mereka tidak bisa menanam makanan dan tidak bisa membeli makanan," jelasnya.

Inflasi akibat perang Ukraina juga menyebabkan harga makanan, bahan bakar, dan air naik secara dramatis, membuat banyak orang sangat membutuhkan bantuan. Akhirnya, kata Saeed, banyak orang terpaksa berjalan kaki tanpa henti berhari-hari untuk mencari bantuan.

Menurutnya warga perlu bantuan manajemen air bersih dan bantuan untuk mengatasi kekeringan agar mereka bisa kembali hidup normal dan memiliki masa depan yang lebih baik.

Dampak pandemi Covid-19

Sementara itu, Covid tidak hanya berdampak pada masalah kesehatan dan perawatan kesehatan, tapi juga perekonomian.

"Anda tidak bisa bertani kalau Anda sakit. Anda tidak bisa masak kalau Anda sakit. Anda tidak bisa mengirim makanan jika Anda sakit. Gangguan rantai pasokan pengiriman yang besar mengacaukan kemampuan kita untuk mendapatkan akses ke makanan," jelas Marie Clarke.

Pandemi Covid-19 memasak hampir 100 juta orang jatuh ke dalam kemiskinan menurut beberapa perkiraan dan jumlah orang yang kelaparan naik 150 juta dari 2020 sampai 2021.

Kelaparan dunia adalah masalah besar. Tapi kita bisa ikut membantu dengan langkah-langkah kecil untuk meringankan krisis tersebut. Salah satu caranya adalah belanja dan konsumsi makanan produk lokal, dukung para petani, dan jangan buang-buang makanan.

Kita juga bisa menyalurkan bantuan melalui organisasi yang ada di seluruh dunia yang tugasnya mendistribusikan makanan dan bantuan lainnya.

 

Sumber:merdeka.com




 
Berita Lainnya :
  • NCW' Meminta KPK KEJAGUNG, MABES POLRI Periksa Menteri BKPM Dan Kepala BP Batam Yang Diduga Korupsi Proyek Pulau Rempang
  • Kapolres Kampar Pimpin Pemadaman Karhutla di Kecamatan Tambang
  • Tim Redaksi Opsinews.com Hak Jawab Oknum Keponakan Pj Bupati Kampar Tidak Perlu Ditanggapi
  • KOREM 031/WB MEMPERINGATI HARI KESAKTIAN PANCASILA
  • Polres Nisel : Hari Peringatan Kesaktian Pancasila dijadikan Sebagai kesempatan Untuk Merefleksikan Tentang Makna Nilai-Nilai dan Kesaktian Pancasila
  •  
    Komentar Anda :

     
     
     
    + Indeks Berita +
    01 NCW' Meminta KPK KEJAGUNG, MABES POLRI Periksa Menteri BKPM Dan Kepala BP Batam Yang Diduga Korupsi Proyek Pulau Rempang
    02 Kapolres Kampar Pimpin Pemadaman Karhutla di Kecamatan Tambang
    03 Tim Redaksi Opsinews.com Hak Jawab Oknum Keponakan Pj Bupati Kampar Tidak Perlu Ditanggapi
    04 KOREM 031/WB MEMPERINGATI HARI KESAKTIAN PANCASILA
    05 Polres Nisel : Hari Peringatan Kesaktian Pancasila dijadikan Sebagai kesempatan Untuk Merefleksikan Tentang Makna Nilai-Nilai dan Kesaktian Pancasila
    06 Polresta Pekan Baru Amankan 1 Kg Sabu dan 1.000 Butir Pil Ekstasi Dari MR, di Duga Milik Chandra
    07 Daftar Nama Kasat Jajaran Polda Sumut yang Dimutasi ke Luar Provinsi
    08 Oknum Sekretaris Buruh Kota Pekanbaru Ditangkap Polisi,Diduga Terlibat Kasus 1 Kg Sabu dan 1.000 Butir Pil Ektasi
    09 Asosiasi Pengusaha BUMIPUTRA Adakan Munas
    10 Kapolres Sergai AKBP Oxy Yudha Pratesta SIK Cek Kondisi Alut dan Alsus Jelang Ops Mantap Brata 2023-2024
    11 Jangan Giring Pulau Rempang Jadi Bahan Politik 2024
    12 Volly Ball Bupati Club, Event Desa Danau Lancang Minimalisir Pengaruh ITE Pada Pemuda
    13 Jumat Barokah, Lagi dan Lagi Polsek Siak Hulu Berikan Bansos Kepada Warga Kurang Mampu di Desa Pangkalan Baru
    14 Bupati Rohil Pimpin Apel Akbar Perangkat Desa se-Kabupaten Rohil
    15 Polsek Siak Hulu di Bantu Manggala Agni Berhasil Padamkan Karhutla di Desa Bulu Cina
    16 Dr. Freddy Simanjuntak SH, MH, Minta Polda Riau Tindak Tegas Yang Diduga Sindikat Mafia BBM Subsidi dan SPBU Nomor 14.284.606 Perhentian Raja
    17 Mutasi Besar-besaran di Tubuh Polri, dari Kapolda, Wakapolda hingga Kapolres, Ini Nama-namanya
    18 Putusan Banding: Sertifikat Hak Pakai DPRD Indragiri Hilir Tetap Dinyatakan Batal/Dicabut
    19 DPD Granat Riau Bersama SPN Polda Riau Komit Untuk Berantas Narkhoba
    20 dr Maharani MM Dikukuhkan Jadi Ketua Komnas PA Kabupaten Rohil Periode 2023-2028
    21 Kemenkumham Yasonna laoly Rotasi 120 Jabatan, Kepala Kanwil Kemenkumham Riau Diganti
    22 Kapolres AKBP Oxy Yudha Pratesta SIK Terima Audensi DPAN Sergai
     
     
     
    Galeri Foto | Advertorial | Indeks Berita
    Redaksi | Disclaimer | Pedoman Media Siber | Tentang Kami | Info Iklan
    © OPSINEWS.COM | Transformasi untuk Publik