Perang Dunia 3 Gak Jadi Batal, Rusia Tetap Serang Ukraina?
Kamis, 17-02-2022 - 13:32:25 WIB
|
@net |
JAKARTA, OPSINEWS.COM - Isu ancaman serangan Rusia ke Ukraina sepertinya belum benar-benar mereda. Meski Presiden Rusia Vladimir Putin telah menegaskan penarikan pasukan di perbatasan seiring berakhirnya latihan militer Selasa (14/2/2022), intelijen asing tetap menyebut potensi serangan ada.
Badan Intelijen Luar Negeri Estonia menyebut Rusia kemungkinan akan melancarkan serangan militer terbatas. Serangan itu akan mencakup pemboman senjata rudal dan pendudukan "medan utama" di Ukraina.
"Saat ini, penilaian kami adalah bahwa mereka akan menghindari kota-kota dengan populasi besar, karena dibutuhkan banyak pasukan untuk mengendalikan daerah-daerah itu," kata Direktur Jenderal Badan Intelijen Luar Negeri Estonia, Mikk Marran, dikutip Reuters, Kamis (17/2/2022).
"Tetapi tidak ada pemahaman yang jelas tentang jalan apa yang mungkin dieksploitasi oleh pasukan Rusia."
Kemungkinannya, Rusia akan mengintensifkan pertempuran di wilayah yang hendak memisahkan diri dari Ukraina dan didukung Moskow. Sebagaimana diketahui saat ini Rusia mendukung milisi anti pemerintah di Ukraina Timur.
"Eskalasi semacam itu sangat mungkin. Dan dengan cara ini, Rusia kemungkinan mendapat penyangkalan yang masuk akal dan menghindari sanksi," kata Marran lagi.
"Jika Rusia berhasil di Ukraina, itu akan mendorongnya untuk meningkatkan tekanan di Baltik di tahun-tahun mendatang. Ancaman perang telah menjadi alat kebijakan utama bagi Putin,"
Intelijen Estonia sendiri mencatat ada sekitar 10 kelompok tempur tentara Rusia bergerak menuju perbatasan Ukraina. Total ada 100 kelompok tempur atau sekitar 170.000 pasukan, termasuk di wilayah Belarusia.
AS Kirim Pasukan Tambahan
Sementara itu, Amerika Serikat (AS) dikabarkan mengirimkan pasukan tambahannya ke perbatasan Polandia dan Ukraina. Ini merupakan bagian dari pengerahan beberapa ribu pasukan untuk memperkuat sayap timur NATO di tengah ketegangan dengan Rusia.
Puluhan pasukan terjun payung bahkan sudah mendarat. Mengutip AFP, tentara AS terlihat meninggalkan sebuah pesawat angkut militer Boeing C-17 dan menaiki bus di Bandara Rzeszow, Polandia, terletak sekitar 100 kilometer (62 mil) dari perbatasan dengan Ukraina.
Sekelompok tentara lain, terlihat menaiki dua helikopter Black Hawk yang kemudian lepas landas. Dua helikopter Chinook juga terlihat mendarat.
Mobil lapis baja, truk militer, peti kemas, dan lusinan tentara lainnya juga terlihat di kamp darurat yang didirikan di seberang terminal bandara. Sebelumnya tentara dari Divisi Lintas Udara ke-82 yang berbasis di Carolina Utara juga telah mendarat di bandara di desa Jasionka sejak 5 Februari.
AS memang sudah mengatakan akan mengerahkan total 4.700 tentara tambahan ke Polandia beberapa waktu lalu. Ini sebagai tanggapan atas penambahan pasukan Rusia di sekitar Ukraina.
"Pengerahan ini adalah langkah bijaksana untuk secara kolektif memastikan pencegahan tujuan perang apa pun. Ini bersifat defensif," kata Komandan pasukan Chris Donahue.
Respons Ukraina
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bersumpah bahwa negaranya akan berdiri tegak melawan invasi apapun. Karena peringatan tidak ada tanda-tanda bahwa Rusia menarik pasukannya.
"Kami tidak takut ramalan, kami tidak takut siapa pun, musuh apa pun," kata Zelensky.
"Kami akan membela diri."
Ia juga menyangkal ada tanda mundurnya pasukan Rusia. Menurutnya tak ada perubahan.
"Kami melihat rotasi kecil. Saya tidak akan menyebut rotasi ini penarikan pasukan oleh Rusia. Kami tidak bisa mengatakan itu," katanya.
Sementara itu, Duta Besar Rusia Untuk Indonesia, Lyudmila Georgievna Vorobieva buka-bukaan terhadap isu ketegangan yang terjadi antara negaranya dan Ukraina. Vorobieva menyebutkan sebenarnya tidak ada persoalan yang mengarah pecahnya perang antara Rusia dan Ukraina.
Ketegangan terjadi karena isu yang dihembuskan Amerika Serikat (AS), NATO dan para aliansinya. Ia mengatakan ini saat wawancara dengan CNBC Indonesia, Rabu (16/2/2022).
"Sebenarnya tidak ada yang terjadi. Dari pihak kami tidak ada niat untuk berperang melawan Ukraina," kata Vorobieva dalam wawancara eksklusif itu.
"Dan tolong jangan salah paham, kami melihat orang Ukraina sebagai saudara. Saya sendiri lahir di Kiev. Ini menyoroti seberapa dekat orang Rusia-Ukraina," tambahnya.
"Untuk melawan Ukraina tidak masuk akal."
Vorobieva sendiri mengatakan Rusia hanya mengkhawatirkan keamanan negaranya karena AS dan sekutunya NATO belum memenuhi komitmen mereka untuk tidak memperluas jaringan NATO.
"Ada kesepakatan antara Rusia dan negara-negara NATO setelah runtuhnya Uni Soviet, tetapi ini bukan untuk memperluas NATO tetapi komitmen ini tidak dipenuhi oleh mitra Barat kami," paparnya.
Menurutnya, sejak 1999 hingga 2020, NATO telah melalui lima fase ekspansi, tetapi garis merah bagi Rusia adalah Ukraina menjadi bagian dari kelompok tersebut. Jika ini terjadi, struktur tengah NATO akan menutup perbatasan dan menghadirkan ancaman langsung terhadap keamanan Rusia.
"Jadi kami telah memberikan beberapa proposal kepada para mitra di Barat, termasuk draft perjanjian jaminan keamanan yang akan ditandatangani oleh AS dan NATO. Kami telah menerima beberapa jawaban dari mereka tetapi sayangnya kami tidak terlalu puas dengan jawaban ini," paparnya.
"Tapi bagaimanapun kami siap untuk melanjutkan dialog dan konsultasi karena dari sudut pandang Rusia, solusi militer bukanlah cara untuk menyelesaikan krisis apapun," jelasnya.
Sebelumnya Presiden Vladimir Putin mengonfirmasi jika Kementerian Pertahanan Rusia telah menarik tentara dan prasarana dan sarana pendukung dari perbatasan Ukraina. Hal itu disampaikan Putin dalam konferensi pers bersama Kanselir Jerman Olaf Scholz di Moskow, Selasa (15/2/2022) kemarin.
Putin mengatakan, Rusia "tentu saja" tidak menginginkan perang. Menurut dia, Rusia siap mencari solusi dengan Barat.
"Kami siap untuk bekerja sama lebih jauh. Kami siap untuk masuk ke jalur negosiasi," ujar Putin seperti dilansir AFP.
sumber:cnbc Indonesia News
Komentar Anda :